Rabu, 13 Februari 2013

Mungkin karena

Bintang.
Benda paling bersinar di galaksi yang tidak pernah tahu kapan dia akan berhenti menyinari semesta dan semua galaksi di atas sana. Bintang tampak indah bila kita bisa merasakan keindahannya dengan dalam dan tenang. Tapi tidak saat kita melihatnya dengan amarah dan kebencian terhadap setiap kehidupan di alam semesta ini. Jika kita melihatnya dalam perasaan galau gundah dan tidak berselera melihat bintang mengobati setiap permasalahan. Tapi jika kita melihatnya dengan perasaan penuh dengan rasa amarah melihat bintang seakan seperti ingin berteriak dan mengungkap kepada siapa saja yang melihatnya.

Begitu juga dengan hati.
Hati yang begitu mudah tergores karena masalah sekecil apapun. Dan dalam keadaan sesakit apapun hati masih tetap meminta untuk diam dan memohon diri untuk tidak melakukan apapun itu. Tetapi, hati akan terasa pedih saat kita benar-benar terluka karena suatu hal.

Mungkin karena hati, langit, bintang dan galaksi memang saling berhubungan.
Jika merasa apa yang dia lihat terasa tenang menenangkan, mereka akan merasakan keindahan yang ada, merasakan setiap astronot melewatinya dengan rasa ingin tahu, dan tenang, mereka sangat tenang jika melihat ketenangan di sekitarnya.

Mungkin karena hati dan langit telah memprakarsai peristiwa takjub di muka bumi ini.
Saat hati menjadi kacau, penuh dengan goresan, perih luka yang tertanam, di musim penghujan, titik demi titik air keluar membasahi ibu pertiwi, dan meninggalkan bau tanah yang menyegarkan. Seakan hati dan langit telah merencanakan drama ini.

Mungkin karena langit begitu sedih melihat umat ciptaan Yang Maha Kuasa bersedih.
Bisa jadi semua itu hanyalah akal-akalan langit untuk membuat keadaan semakin drama dan terasa begitu tenang.

Mungkin karena setiap air hujan yang turun.
Membuat setiap orang yang terbasahi olehnya menjadi tenang.

Tersudut dalam ruangan, melihat hujan, sendirian, dan memikirkan setiap masalah yang ada.
Sedikit terpukul saat melihat bayang angan masa itu yang menyakitkan. Sakit. Berlari untuk melupakannya pun tak mampu. Mungkin karena kesalahan diri yang membuat semuanya seakan kacau dan meninggalkan luka untuk diri dan orang lain.

Tuhan memang selalu punya rencana dahsyat untuk umatnya.
Bersyukurlah padanya karena masalah yang di berinya pasti akan selalu menunjukkan kebaikan untuk diri. Mungkin karena cinta kasih-Nya yang tulus, sehingga Tuhan selalu menciptakan umatnya dan mempersiapkan umatnya untuk mengatasi bertubi-tubi cobaan yg di beri-Nya.

Mungkin karena di setiap sudut keramaian terpancar satu hal yang selalu membuat yang lain bertanya. Pertanyaan yang terlalu asing untuk di dengar. Soal cinta, masalah, dan kehidupan.

Berjalan lurus ke depan dan melihat keindahan di setiap sudut. Menoleh ke belakang dan melihat masa lalu sangat menyakitkan, dan berjalan lurus ke depan adalah pilihan terbaik saat ini. Dalam hidup, yang selalu menang adalah ego dan emosi sesaat. Logika dan perasaan yang seharusnya menyatu malah hanya salah satu yang terpakai.

Mungkin karena kita yang terlalu berfikir pendek yang hanya memikirkan semuanya dalam jangka pendek dan seakan hal yang terlintas untuk masa depan tidak penting.

Mungkin karena setiap perbedaan yang ada lah yang membuat seakan hidup menjadi terasa tidak adil.
Perbedaan yg seharusnya menjadi sebuah kesatuan. Kesatuan yang abadi yang indah untuk di rasakan, di dengar, dan di kenang.

divagatha