Selasa, 08 Juli 2014

Diam untuk cinta

Cinta itu bagai angin yang berhembus tak berarah. Cinta bisa datang pada siapapun di dunia ini. Cinta terkadang menyakitkan seperti duri dan cinta dapat menggelitik seperti bulu ayam.
Tak akan ada habisnya bila kita membahas sebuah cinta, kadang cinta bisa dengan mudahnya mengalir seperti air dan kadang cinta bisa seperti api. Api membara yang akan semakin besar bila di beri percikan minyak tanah.

Sore itu..
Sepotong brownies ditanganku mengingatkan aku kepada seucap kata-kata manis yang terucap manis pula dari bibir seseorang..

'Cinta bagaikan sepotong brownies manis, bila kamu memakannya perlahan kamu akan mengerti bagaimana menikmati segigit demi segigit dan benar-benar merasakan manisnya, tapi jika kamu langsung melahapnya dan ketika kamu memakan yang lain kamu tidak akan mengerti bagaimana nikmatnya sepotong brownies tersebut.'

Ya, cinta di ibaratkan sepotong brownies. Menikmati bagaimana prosesnya akan membuat ke depannya lebih menikmati setiap jalan kisahnya. Semua kisah pasti ada proses. Semua pekerjaan membutuhkan yang namanya proses. Semua hal pahit akan menjadi manis bila sudah mengalami proses.
Tapi bagaimana dengan proses memendam perasaan cinta kepada seseorang yang telah memiliki pasangan lain dan baru terungkap setelah kesendirian menghinggapi keduanya?

Cinta tapi diam.
Dan diam untuk mencintai.

2 kalimat yang mempunyai kesamaan. Sama-sama saling mencintai dalam diam. Cinta mengajarkan kesabaran. Sabar untuk mengungkapkan perasaan misalnya. Semua butuh proses. Wanita maupun laki-laki butuh proses diri untuk meyakinkan diri, apa mereka yakin untuk memberi tahu apa yang ada di dalam isi hati mereka atau tidak.
Ribet.
Ya, cinta memang membuat segalanya terlihat ribet dan kacau.
Tapi mencintai tapi bertepuk sebelah tangan adalah kebodohan dan kebodohan itu masih sering terjadi.

Tidak ada komentar: